A.
KONSEP DASAR MEDIS KECEMASAN
1.
DEFINISI
Menurut Ermawati, dkk.,
(2009, dalam Pieter, Janiwarti & Saragih, 2011) “ Ansietas merupakan respon emosional dan penilaian
individu yang subjektif yang dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan belum
diketahui secara khusus faktor penyebabnya.”
Menurut Stuart &
Laraia (1998) “ Ansietas merupakan pengalaman emosi dan subjektif tanpa ada
objek yang spesifik sehingga orang merasakan suatu perasaan was-was (khawatir)
seolah-olah ada sesuatu yag buruk akan terjadi dan pada umumnya disertai
gejala-gejala otonomik yang berlangsung beberapa waktu.”
Freud (1933, dalam Semiun,
2006) menyatakan bahwa kecemasan merupakan keadaan perasaan afektif yang tidak
menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik yang memperingatkan orang
terhadap bahayayang akan datang. Keadaan yang tidak menyenangkan itu sering
kabur dan sulit menunjuk dengan tepat, tetapi kecemasan itu sendiri selalu
dirasakan.
2.
TANDA DAN GEJALA
KECEMASAN
Menurut
Hawari (2008), keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami
ansietas antara lain :
a.
Cemas, khawatir,
firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
b.
Merasa tegang,
tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
c.
Takut sendirian,
takut pada keramaian dan banyak orang.
d.
Gangguan pola
tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
e.
Gangguan
konsentrasi dan daya ingat.
f.
Keluhan-keluhan
somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging
(tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan
perkemihan dan sakit kepala.
3.
TINGKAT
KECEMASAN
Menurut
Asmadi (2008), tingkatan kecemasan dibagi menjadi 4, antara lain:
a.
Kecemasan ringan
Kecemasan
ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.
Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan,
iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar,
motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.
Kecemasan
ringan mempunyai karakteristik :
1)
Berhubungan
dengan ketegangan dalam peristiwa sehari-hari.
2)
Kewaspadaan
meningkat.
3)
Persepsi
terhadap lingkungan meningkat.
4)
Dapat menjadi
motivasi posotif untuk belajar dan menghasilkan kreatifitas.
5)
Respon
fisiologis : sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat sedikit,
gejala ringan pada lambung, muka berekrut, serta bibir bergetar.
6)
Respon kognitif
: mampu menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah,
menyelesaikan masalah secara efektif, dan terangsang untuk melakukan tindakan.
7)
Respon perilaku
dan emosi : tidak dapat duduk tenang, remor halus pada tangan, dan suara
kadang-kadang meninggi.
b.
Kecemasan sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah
yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah.
Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan
denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara
cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun
tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus
pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak
sabar,mudah lupa, marah dan menangis.
Kecemasan
sedang mempunyai karakteristik :
1)
Respon biologis
: sering nafas pendek, nadi ekstra sistol dan tekanan darah meningkat, mulut
kering, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, sering berkemih, dan letih.
2)
Respon kognitif
: memusatkan perhatian pada hal yang penting dna mengesampingkan yang lain,
lapang persepsi menyempit, dan rangsangan dari luar tidak mampu diterima.
3)
Respon perilaku
dan emosi : gerakan tersentak-sentak, terlihat lebih tegas, bicara banyak dan
lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak aman.
c.
Kecemasan berat
Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi
seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada
sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain.
Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu
area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh
pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing,
diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif,
berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan
tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.
Kecemasan berat mempunyai karakteristik :
1)
Individu
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain.
2)
Respon
fisiologis : nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit
kepala,penglihatan kabur, serta tampak tegang.
3)
Respon kognitif
: tidak mampu berpikir berat lagidan membutuhkan banyak pengarahan / tuntunan,
serta lapang persepsi menyempit.
4)
Respon perilaku
dan emosi : perasaan terancam meningkat dan komunikasi menjadi terganggu
(verbalisasi cepat).
d.
Panik
Panik berhubungan dengan terperangah,
ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang
panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan
gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil,
palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon
terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan
delusi.
Panik mempunyai
karakteristik :
1)
Respons
fisiologis : nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat,
hipotensi, serta rendahnya koordinasi motorik.
2)
Respons kognitif
: gangguan realitas, tidak dapat berfikir logis, persepsi terhadap lingkungan
mengalami distorsi, dan ketidakmampuan memahami situasi
3)
Respons prilaku
dan emosi : agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan
kendali atau kontrol diri (aktifitas motorik tidak menentu), perasaan terancamm
serta dapat berbuat sesuatu yang membahayakan dii sendiri dan atau orang lain.
4.
PROSES
TERJADINYA KECEMASAN
a.
Faktor
predisposisi kecemasan
Stuart & Laraia
(1998) mengemukakan bahwa penyebab kecemasan dapat dipahami melalui beberapa
teori yaitu :
1) Teori Psikoanalitik.
Menurut Freud, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi
antara dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan
impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi
menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi kecemasan
adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
2)
Teori Tingkah Laku (Pribadi)
Teori ini berkaitan
dengan pendapat bahwa kecemasan adalah hasil frustasi, dimana segala sesuatu
yang menghalangi terhadap kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan dapat menimbulkan kecemasan. Faktor presipitasi yang aktual mungkin
adalah sejumlah stressor internal dan eksternal, tetapi faktor-faktor tersebut
bekerja menghambat usaha seseorang untuk memperoleh kepuasan dan kenyamanan.
Selain itu kecemasan juga sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan
keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan.
3)
Teori Keluarga
Menunjukkan bahwa
gangguan kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga dan
juga terkait dengan tugas perkembangan individu dalam keluarga.
4)
Teori Biologis
Menunjukkan bahwa
otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini mungkin
membantu mengatur kecemasan. Penghambat asam aminobutirik-gamma
neroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme
biologis berhubungan dengan kecemasan, sebagaimana halnya dengan endorfin.
Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat
nyata sebagai predisposisi terhadap kecemasan. Kecemasan mungkin disertai
dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk
mengatasi stresor.
b.
Faktor presipitasi
kecemasan
Menurut
Stuart & Laraia (1998), faktor pencetus mungkin berasal dari sumber
internal atau eksternal. Ada dua kategori faktor pencetus kecemasan, yaitu
ancaman terhadap integritas fisik dan terhadap sistem diri
1)
Ancaman terhadap
integritas fisik
Ancaman
pada pada kategori ini meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau
menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Sumber
internal dapat berupa kegagalan mekanisme fisiologis seperti jantung, sistem
imun, regulasi temperatur, perubahan biologis yang normal seperti kehamilan dan
penuaan. Sumber eksternal dapat berupa infeksi virus atau bakteri, zat polutan,
luka trauma. Kecemasan dapat timbul akibat kekhawatiran terhadap tindakan
operasi yang mempengaruhi integritas tubuh secara keseluruhan.
2)
Ancaman terhadap
sistem tubuh
Ancaman
pada pada kategori ini dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi
sosial seseorang. Sumber internal dapat berupa kesulitan melakukan hubungan
interpersonal di rumah, di tempat kerja dan di masyarakat. Sumber eksternal
dapat berupa kehilangan pasangan, orangtua, teman, perubahan status pekerjaan,
dilema etik yang timbul dari aspek religius seseorang, tekanan dari kelompok
sosial atau budaya. Ancaman terhadap sistem diri terjadi saat tindakan operasi
akan dilakukan sehingga akan menghasilkan suatu kecemasan.
5.
SKALA KECEMASAN
HAMILTON ANXIETY RATING SCALE (HARS)
Menurut Maulana (2011), kecemasan dapat diukur dengan alat
ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale).
Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya simptom pada individu yang mengalami
kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 simptom yang nampak pada individu yang mengalami
kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 sampai
dengan 4. Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959 yang
diperkenalkan oleh Max Hamilton. Skala Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
dalam penilaian kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi:
a. Perasaan Cemas firasat buruk, takut
akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.
b.
Merasa
tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.
c.
Ketakutan
: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan takut
pada binatang besar.
d.
Gangguan
tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan
mimpi buruk.
e.
Gangguan
kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.
f.
Perasaan
depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hoby, sedih, perasaan
tidak menyenangkan sepanjang hari.
g.
Gejala
somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan
kedutan otot
h.
Gejala
sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat
serta merasa lemah.
i.
Gejala
kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak
jantung hilang sekejap.
j.
Gejala
pernapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas
panjang dan merasa napas pendek.
k.
Gejala
gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual
dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut.
l.
Gejala
urogenital : sering keneing, tidak dapat menahan keneing, aminorea, ereksi
lemah atau impotensi.
m.
Gejala
vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri,
pusing atau sakit kepala.
n.
Perilaku
sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau kening,
muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.
Cara Penilaian kecemasan adalah dengan
memberikan nilai dengan kategori:
0
= tidak ada gejala sama sekali
1
= Ringan / Satu dari gejala yang ada
2
= Sedang / separuh dari gejala yang ada
3
= berat / lebih dari ½ gejala yang ada
4
= sangat berat / semua gejala ada
Penentuan
derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14 dengan hasil:
a.
Skor
< 14 = tidak ada kecemasan.
b.
Skor
14 - 20 = kecemasan ringan.
c.
Skor
21 – 27 = kecemasan sedang.
d.
Skor
28 – 41 = kecemasan berat.
e.
Skor
42 – 56 = panik.
6.
PENATALAKSANAAN
KECEMASAN
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas
pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang
bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau
psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian
berikut:
a. Upaya meningkatkan kekebalan
terhadap stress, dengan cara :
1) Makan makan yang bergizi dan
seimbang.
2) Tidur yang cukup.
3) Cukup olahraga.
4) Tidak merokok
5) Tidak meminum minuman keras
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan
untuk cemas dengam memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi
gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat
otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti
cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam,
buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
c. Terapi Somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik)
sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang
bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat
diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari
kebutuhan individu, antara lain :
1) Psikoterapi suportif, untuk
memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak
merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.
2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan
pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi
kecemasan.
3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk
dimaksudkan memperbaiki kembali (re-konstruksi) kepribadian yang telah
mengalami goncangan akibat stressor.
4) Psikoterapi kognitif, untuk
memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan untuk berpikir secara
rasional, konsentrasi dan daya ingat.
5) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk
menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan
mengapa seseorang tidak mampu menghadapi stressor psikososial sehingga
mengalami kecemasan.
6) Psikoterapi keluarga, untuk
memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak lagi menjadi
faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung
e. Terapi psikoreligius
Untuk
meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya
tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor
psikososial.
boleh minta daftar pustakanya???
BalasHapusbuat referensi skripsi ni..
boleh minta daftar pustakanya???
BalasHapusbuat referensi skripsi ni..
Boleh minta daftar pustakanya?
BalasHapuskak boleh minta daftar pustakanya?
BalasHapus